One site of Kerinci

Rabu, 11 Agustus 2010

Wilayah Alam Kerinci

Sekilas Perkembangan
WILAYAH “ALAM KERINCI”
Prof. Aulia Tasman, SE, MSc, Ph.D


Alam Kerinci merupakan bagian dari Alam Melayu yang wilayahnya terletak di tengah Pulau Sumatera. Wilayahnya mencakup daerah di sepanjang aliran sungai Batang Merangin, mulai dari daerah hulu di kaki Gunung Kerinci sampai ke muaranya di Kecamatan Pemenang sekarang dan daerah di sekitar hulu Sungai Batang Tembesi. Wilayah ini merupakan daerah pergunungan Bukit Barisan yang permukaan wilayahnya bergelombang, bergunung dan berbukit, terditi atas dataran tinggi dan dataran rendah. Pada daerah ini banyak terdapat hulu sungai yang bermuara ke sungai Batang harir dan selanjutnya mengari menuju Laut Cina Selatan, seperti Batang Jujuhan, Batang Bungo, Batang Tebo, Batang Pelepat, Batang Senemat, Batang Tantan, Batang Tabir, Batang Masumai, dll. Selain itu terdapat pula hulu-hulu sungai yang airnya mengalir ke daerah Bengkulu Utara pada pantai barat Pulau Sumatera dan bermuara di Lautan Hindia, seperti Sungai Tenang, Sngai Pekan, Sungai Menjuto, Sungai Riang, Sungai Dikit, Sungai Selagan, Air Ipuh, Air Seblat, dll.

Kondisi topografi alamiah tersebut menyebabkan Alam Kerinci dikelompokkan atas dua bagian wilayah, yang disebut dengan Kerinci Tinggi dan Kerinci Rendah. Wilayah Kerinci Tinggi merupakan daerah-daerah yang berada pada bagian barat Bukit Barisan, sedangkan Wilayah Kerinci Rendah adalah daerah-daerah yang letaknya lebih rendah dari wilayah barat dan berada pada bagian timur pergunungan Bukit Barisan. Pada saat itu batas wilayah masih dinyatakan dalam bentuk batas alam. Di daerah Kerinci Tinggi dan Kerinci rendah inilah berdiam suku Bangas Kerinci. Meurut satatan sejarah yang dibuat oleh K’an dan Wan-che dari Wangsa Wu (222-280), dalam ensiklopedi Tung-tien yang ditulis Tu-yu (375), Wen-hsien t’ung-k’ao (Wolters 1967:51) tentang negeri Koying (abat 3), maka berdasarkan ciri wilayah yang dikemukan daerahnya yang berada di dataran tinggi, terdapat banyak gunung api dan aliran sungai yang mengalir ke teluk ‘Wen’ (pantai timur Sumatera) besar dugaan negeri yang dimaksud adalah wilayah yang didiami suku bangsa Kerinci yaitu Alam Kerinci. Menurut catatan Cina negeri ini telah aktif mengadakan perdagangan dengan berbagai daerah di bagian barat dan timur Sumatera. Disebutkan negeri ini penduduknya sangat banyak dan menghasilkan mutiara, emas, perak, batu kristal dan pinang.

Dari berbagai catatan sejarah dinyatakan bahwa dalam wilayah Alam Kerinci pernah terdapat pemerintahan yang berdaulat dari masyarakat yang mendiami daerah ini, yaitu pemerintahan Koying, Sigindo, Pamuncak Nan Tigo kaum dan Depati Empat. Pada masa pemerintahan Koying gambaran tentang lingkup kekuasaanya belum kelihatan secara jelas, haya disebutkan sebatas wilayah Alam Kerinci dengan ciri-ciri sebagaimana diterangkan sebelumnya. Baru pada pemerintahan Sigindo penguasaan terhadap wilayah Alam Kerinci mulai tampak dengan adanya daerah tanah Sigindo. Dalam beberapa catatan naskah kuno yang ditulis dengan Tulisan Rencong disebutkan baha di daerah Kerinci Tinggi terdapat beberapa tanah Sigindo yang terkenal, antara lain:
1. tanah Sigindo Elok Masai di daerah dusun Sungai Tenang (Koto Tapus)
2. tanah Sigindo Balak di Tanjung Kasari,
3. tanah Sigindo Panjang di dusun Rawang
4. tanah Sigindo Kuning di dusun Seleman
5. tanah Sigindo Bauk di dusun Tamiai,
6. tanah Sigindo Batinting di Jerangkang Tinggi,
7. tanah Sigindo Sakti di Ujung Tanjung Muara Sekiau.

Sedangkan tanah Sigindo pada daerah Kerinci Rendah antara lain:
1. tanah Sigindo Sigilintang di dusun Sungai Lintang dekat Pemenang
2. tanah Sigindo Dusun Purba Timben di Tanah Renah
3. tanah Sigindo Dusun Purba Muara Semukin di Lubuk Gaung.

Penguasaan terhadap wilayah Alam Kerinci dinyatakan lebih tegas lagi sejak pada masa pemerintahan Depati Empat. Disebutkan bahwa kekuasaan pemerintahan Depati Empat wilayah Alam Kerinci dinyatakan meliputi daerah Kerinci Tinggi dan Kerinci Rendah. Bila dilihat sekarang daerah tersebut mencakup luas wilayah yang terdiri dari Kabupaten Kerinci, Kabupaten Merangin semuanya dalam Wilayah Provinsi Jambi.

Pada daerah Kerinci Tinggi terdapat 4 (empat) buah tanah depati itu adalah:
1. tanah Depati Atur Bumi
2. tanah Depati Biang Sari
3. tanah Depati Rencong Telang
4. tanah Deapti Muara Langkap Tanjung Sekiau.

Ketinggian letak geografis ke empat tanah depati tersebut, menyebabkan dataran itu disebut dengan Empat di Ateh (daerah empat di atas), yang sekarang telah menjadi Kabupaten Kerinci, Kecamatan Muara Siau dan Jangkat. Kedua kecamatan yang disebutkan, termasuk dalam wilayah Kabupaten Merangin.

Daerah Kerinci Rendah adalah wilayah yang berada di sebelah timur Kerinci Tinggi pada kaki pergunungan Bukit Barisan. Topografi daerahnya berbukit-bukit dan disini mengalir banyak sungai denan arus air yang tenang, tidak berbatu dan permukaannya lebar, shinga dapat dilayari kapal kecil. Kondisi sungai tersebut sangat berbeda dengan sungai-sungai yang terdapat di Kerinci Tinggi yang pada umumnya berarus deras, beriam, berair terjun (telun), berbatu dan berpermukaan sempit. Sekarang wilayah ini berada dalam daerah Kabupaten Merangin yaitu kecamatan Sungai Manau, Bangko, Pemenang dan Tabir (Rantau Panjang).

Pada wilayah Kerinci Rendah terdapat tiga Tanah Dapati dan dua daerah khusus dari Pemerintahan Depati Empat Alam Kerinci. Tanah depati dimaksud adalah:
1. tanah Depati Setio Nyato,
2. tanah Depati Setio Rajo
3. tanah Depati Setio Beti (bhakti).

Sedangkan daerah khususnya adalah:
1. tanah Pemuncak Pulau Rengas
2. tanah Pemuncak Pemerap Pemenang.

Ketiga tanah depati dan dua daerah khusus itu, karena letaknya berada pada ketinggian jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan daerah Kerinci Tinggi maka disebut dengan daerah Tigo di Baruh atau daerah tiga di bawah.

Dalam pepatah adat yang menyebutkan tentang kekuasaan pemerintahan Depati Empat Alam Kerinci dikatakan lingkupnya mencakup daerah Empat di Ateh, Tigo di Baruh, Pemuncak Pulau Rengas dan Pemerap Pemenang. Kesembilan daerah kekuasaan pemerintahan Depati Empat inilah yang disebut orang-orang pada zaman Kerajaan Jambi menurut sepanjang adat dengan nama: Pucuk Jambi Sembilan Lurah, yaitu wilayah yang berada di daerah atas atau daerah bagian hulu dari Kerajaan Jambi.

Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda sekitar tahun 1903 – 1906 wilayah Kerinci Tinggi yang terdiri atas daerah Kabupaten Kerinci, Kecamatan Muara Siau dan Kecamatan Jangkat sekarang, dijadikan Belanda daerah Landschap Kerinci yang berada di bawah Keresidenan Sumatera Barat. Sedangkan daerah Kerinci Rendah terdiri atas Kecamatan Bangko, Pemenang, Tabir dan Sungai Manau dijadikan Ondrafdeeling Bangko yang tergabung dalam Afdeeling Jambi.

Pada tahun 1906 Belanda membentuk keresidenan baru yaitu Keresidenan Jambi. Afdeeling Jambi dikeluarkan dari Keresidenan Palembang dan Landschap Kerinci dari Keresidenan Sumatera Barat. Landschap Kerinci dijadikan daerah Afdeeling Kerinci dengan mengeluarkan daerah Muara Siau dan Jangkat, dan kedua wilayah tersebut dimasukan kedalam Keresiden Jambi. Untuk daerah Muara Siau dan Jangka digabungkan ke dalam Onderafdeeling Bangko termasuk didalamnya daerah Bangko, Tabir, Sungai Manau dan Pemenang.
Setelah melalui masa transisi, perubahan struktur pemerintahan baru efektif berjalan ada tahun 1908. Mulai sejah tahun 1908 -1921 Afdeeling Kerinci merupakan bagian dari Keresidenan Jambi. Selain Afdeeling Kerinci dalam Keresidenan Jambi terdapat Afdeeling Djambische Bovenlanden dan Afdeeling Djambische Benedenlanden. Untuk Afdeeling Djambische Bovenlanden tergabung didalamnya Onderafdeeling Bangko, Sarolangun, Muaro Bungo, Muara Tebo. Sedangkan Afdeeling Djambische Benedenlanden terdiri dari Onderafdeeling Djambi, Onderafdeeling Muara Tembesei, dan Stad Gunieente Djambi. Dalam perkembangan selanjutnya pada tahun 1922-1957 Afdeeling Kerinci ditarik dari Keresidedan Jambi digabungkan kembali ke dalam Keresidean Sumatera Barat dan dimasukan ke dalam Afdeeling Zuid Beneden Landen (Pesisir Selatan).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar