One site of Kerinci

Minggu, 15 Agustus 2010

Kerajaan Manjuto

Sekilas Tentang
KERAJAAN PAMUNCAK NAN TIGO KAUM
(KERAJAAN MANJUTO)

Prof. Aulia Tasman, Ph.D


Seiring perubahan yang terjadi dalam pemerintahan Sigindo, pengaruh asimilasi sebagian pasukan Ekspedisi Pamalayu yang tidak pulang ke Jawa sekitar abad ke 13 Masehi, membaur dengan masyarakat di Alam Kerinci. Sistem pemerintahan Sigindo berganti dengan sistem pemerintahan Pamuncak. Di wilayah Kerinci (Kerinci Tinggi dan Rendah) muncul pemerintahan Pamuncak yang menguasai wilayah tertentu.
Daerah pamuncak dulunya termasuk ke dalam wilayah Kerajaan Pagarruyung sampai ke perbatasan Palembang. Itulah sebabnya pemuka-pemuka adat yang ada di Alam Kerinci pada waktu itu dipengaruhui oleh sistem pemerintahan Kerajaan Pagarruyung. Demikian pula di pusat-pusat konsentrasi penduduk banyak sekali mereka yang berasal dari Alam Lekuk 50 Tumbi Lempurkabau, termasuk pemuka-pemuka adatnya.
Di wilayah Jerangkang Tinggi diperintah oleh Pamuncak Tuo dengan rajanya Sigindo Batinting, di wilayah Sigindo Balak diperintah Pamuncak Tengah dan di wilayah Sigindo Elok Misai diperintah oleh Pamuncak Bungsu. Masing-masing Pamuncak membentuk pemerintahan sendiri dengan mengangkat pelaksana pemerintahan sebagai kembang rekan (kemerkan) dari kewilayahan Pamuncak yang terbentuk. Ketiga wilayah depati dirobah menjadi wilayah pamuncak dan bergabung menjadi satu kerajaan yang bernama Kerajaan Manjuto atau Kerajaan Pamuncak Nan Tigo Kaum.
Pada sisi lain perubahan-perubahan yang terjadi di pemerintahan Sigindo, wilayah-wilayah sigindo lain juga membentuk pemerintahan sendiri dengan mengangkat perangkat pemerintahan menjadi pemimpin tanah Sigindo. Demikianlah di Alam Kerinci Tinggi terjadi perubahan-perubahan yang sangat mendasar dalam sistem pemerintahan, dari pemerintahan Sigindo menjadi sistem pemerintahan Pamuncak.
Untuk daerah Kerinci Rendah terdiri dari dua daerah Pamuncak, yaitu Pamuncak Pamerab – Pamenang dan Pamuncak Pulau Rengas.
Khusus untuk Kerajaan Manjuto dengan sebutan lain “Kerajaan Pemuncak Nan Tigo Kaum” mempunyai pusat kerajaan di Tanjung Kaseri yang terletak pada pedalaman jauh di tengah kawasan Bukit Barisan, dibawah kekuasaan Sagindo Balak. Pamuncak Nan Tiga Kaum terdiri dari:
1. Pamuncak Tuo, berkedudukan di Jerangkang Tinggi.
2. Pamuncak Tengah, berkedudukan di Tanjung Kaseri
3. Pamuncak Bungsu, berkedudukan di Koto Tapus
Dalam Buku Encydopaedie van Nederland Indie, tahun 1918 yang bahannya diambil dari Tambo Adat Kerajaan Manjuto di Renah Kemumu Srampas dengan dipimpin oleh Depati Pulang Jawa. Diterangkan bahwa Kerajaan Manjuto berwatas dengan Kerajaan Alam Lekuk 50 Tumbi Lempurkabau dan Jambi.
Luas daerah takluk Kerajaan Manjuto: Semenjak dari Pematang Tumbuk Tigo sampai Sebih Kuning Muaro Saliman sampai Semerap mendaki Gunung Raya turun ke Sungai Batang Selaut sampai Sungai Serik sampai ke Ombak nan Berdebur. Keselatan sampai ke daerah Rawas – Rupit, Lubuk Linggau dan berbatas dengan Bukit Siguntang-guntang.
Sebelah Utara, sebelah Timur dari Pematang Tumbuk Tigo mencakup wilayah Depati Muaro Langkap menuju kearah Peratin Tuo dengan Pembarab Tiang Pumpung terus ke Limun Batang Asai, ke Sungai Suo di Muara Aman sampai mengalir ke Batang Ketaun sampai ke Ombak nan Berdebur.

Menurut Abdul Kiram dan Yeyen Kiram (2003), bahwa pada waktu Sri Maharaja Sakti (Akarendrawarman) berkuasa pada tahun 1279 Masehi, Kerajaan Melayu di Darmasyraya menempatkan keluarga-keluarga kerajaan pada daerah-daerah rantau sebagai pemimpin (raja kecil) di tempat mereka berada. Sehingga beliau banyak sekali mengirim keluarga kerajaan seperti ke daerah Kampar (Kuantan), Palembang, Bengkulu, Johor, Jambi, Kerinci dan lain-lain.
Keluarga kerajaan yang dikirim misalnya ke daerah Bengkulu bagian utara, tepatnya di daerah Manjuto sampai ke Kerinci adalah (1) Datuk Rajo Magek menguasai dareah Manjuto bagian hulu, (2) Raja Bungsu menguasai daerah hilir Manjuto dan (3) Datuk Rajo Nan Sati megusasai daerah Manjuto bagian barat, ketiganya diberi wewenang dan hak untuk memimpin pemukiman baru tersebut. Daerah baru yang dimaksud adalah daerah yang berada pada kawasan Sungai Manjuto.
Jika dihubungan dengan Tambo Kerinci – Serampas, bahwa keluarga kerajaan Melayu Darmasyaraya yang ada di wilayah tersebut terdiri dari: (1) Sigindo Batinting dikenal di daerah ini sebagai Sigindo Siah Rao (menguasai daerah Kerinci), (2) Sigindo Balak (menguasai daerah Manjuto –Serampas); dan (3) Sigindo Ilok Misai (menguasai daerah Jangkat – Koto Tapus.
Kalau dihubungkan antara dua sumber tadi mungkin saja dapat ditarik kesimpulan bahwa pemimpin keluarga kerajaan yang dikirim tersebut adalah orang yang sama?, tetapi panggilan untuk masing-masing dearah berbeda-beda. Sebab wilayah yang dikuasai oleh masing-masingnya itu berada dalam lingkup batas wilayah Kerajaan Manjuto yang dikenal dengan nama Kerajaan Manjuto (Pamuncak Nan Tigo Kaum). Pamuncak Tuo (Sigindo Batinting) atau dikenal juga dengan nama Datuk Rajo Magek, sebagai raja di daerah Jerangkang Tinggi di Kerinci. Kemudian pewaris tahta kerajaan nantinya adalah Tuanku Magek Bagonjong. Pamuncak Tengah (Sigindo Balak) atau dikenal juga sebagai Rajo Bungsu. Beliau inilah sebagai rajo kerajaan Manjuto dan pusat kerajaan berada di daerah Renah Kemumu – Tanjung Kasri. Sedangkan Sigindo Ilok Misai merupakan Pamuncak Bungsu adalah sama orangnya dengan Datuk Rajo Nan Sati yang menguasai daerah Jangkat dan Kota Tapus.
Oleh karena anak raja Kerajaan Manjuto (pamuncak tengah) yang bernama Puti Dayang Ayu (anak Pamuncak Tuo) kawin dengan anak dari Pamuncak Tuo yang bernama Bujang Palembang Gelar Tuanku Magek Bagonjong, maka pusat pemerintahan Kerajaan Manjuto dipindahkan ke Jerangkang Tinggi – (pusat kerajaan di sekitar Danau Kerinci). Penobatan gelar Bujang Palembang (Raja Kerajaan Manjuto) sebagai Tuanku Magek Bagonjong dilakukan di Istana Pagarruyung dan sekali gus sebagai raja pada wilayah Pamuncak Tuo.***